Hasil Pengamatan
No | rangkaian pengamatan | HCl yang digunakan pada titrasi |
1 | terang 30⁰C | 29 tetes |
2 | gelap 25⁰C | 25 tetes |
Pembahasan
Setiap mahkluk hidup termasuk tumbuhan, pasti melakukan respirasi. Respirasi aerob memerlukan oksigen pada proses penguraian karbohidrat menjadi
,
dan ATP. secara lengkap sebagai berikut :







Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa suhu turut berpengaruh terhadap laju respirasi aerob. Rangkaian kecambah pada suhu yang lebih tinggi yaitu 30ºC melepaskan
lebih banyak dari pada rangkaian kecambah pada suhu 25ºC. Jumlah
yang dilepaskan dapat dilihat dari banyaknya HCl yang dibutuhkan saat titrasi.


Kecambah dibungkus dengan kain kasa, kain kasa memiliki pori-pori yang cukup besar sehingga dapat digunakan untuk memberi ruang atau celah yang dapat dilewati oleh oksigen dan karbon dioksida
pada saat proses respirasi. Kecambah dimasukkan kedalam botol yang ditutup rapat. Penutupan rapat ini bertujuan agar tidak ada gangguan dari luar yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan seperti oksigen dari luar yang masuk kedalam botol dan tidak ada karbon dioksida
yang keluar dari botol. Larutan didalam botol merupakan larutan basa kuat yaitu NaOH, NaOH berfungsi sebagai larutan yang dapat berikatan dengan Karbon dioksida
hasil dari respirasi kecambah. NaOH yang mengikat karbon dioksida
akan membentuk natrium bikarbonat yang merupakan karbondioksida terlarut. Persamaan reaksinya sebagai berikut :





Rangkaian praktikum ini disimpan selama 72 jam pada suhu tertentu hingga akhinya dititrasi.
Titrasi yang dilakukan adalah titrasi asidimetri yaitu titrasi penetralan basa (NaOH) dengan menggunakan senyawa asam, senyawa asam yang digunakan adalah asam kuat HCl. Sebelum dititrasi dengan HCL, larutan dari rangkaian praktikum diambil sebanyak 10 ml dan ditambahan Ba
sebanyak 5 ml, penambahan Ba
berfungsi untuk mengendapkan karbon dioksida
yang telah diikat oleh NaOH. Persamaan reaksinya dapat digambarkan sebagai berikut :




Larutan yang awalnya berwarna bening kemudian berubah menjadi keruh karena terbentuk endapan putih dari BaCO3. Selanjutnya larutan tersebut diteteskan indicator fenolptalein (indicator pp). Indikator yang berwarna merah ini menyebabkan larutan berubah warna menjadi merah muda. Indicator pp berfungsi untuk memudahkan mengamati perubahan warna ketika larutan dititrasi. Kemudian larutan dititrasi dengan asam kuat yaitu HCl dengan menggunakan pipet tetes hingga larutan berubah warna menjadi bening kembali. Warna dapat kembali bening menunjukkan bahwa larutan basa telah bereaksi sempurna dengan asam sehingga larutan menjadi netral. Persamaan reaksinya sebagai berikut :

Jumlah karbon dioksida
yang dilepaskan oleh kecambah pada proses repirasi aerob berbanding lurus dengan jumlah HCl yang diteteskan ketika titrasi dengan kata lain semakin banyak karbon dioksida
yang dilepaskan maka semakin banyak HCl yang diperlukan saat titrasi, dan begitu pula sebaliknya. Sebenarnya dalam praktikum ini dibutuhkan larutan control yaitu larutan NaOH tanpa kecambah yang digunakan sebagai pembanding pada saat membuat persamaan jumlah karbondioksida
yang dilepaskan namun karena kecerobohan praktikan sehingga larutan control terbuang. Namun dari jumlah HCl yang digunakan sudah dapat dilihat pengaruh suhu terhadap laju respirasi aerob.



Hubungan antara suhu dan jumlah HCl yang diteteskan saat titrasi ( setara dengan
yang dilepaskan kecambah) sebagai berikut :








25 29
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. secara lengkap sebagai berikut :





2. Suhu dapat mempengaruhi laju respirasi aerob, hal ini terlihat dari lebih banyaknya
yang dilepaskan pada suhu 30ºC dari pada
yang dilepaskan pada suhu 25ºC.


3. Jumlah HCl berbanding lurus dengan jumlah
yang dilepaskan sehingga semakin banyak HCl yang digunakan maka semakin banyak pula
yang dilepaskan.


makasie yow mbak...
BalasHapus