selamat datang

Makacih ya udh mw mengunjungi blog_Q....
meskipun cuma sdikit yang bisa Q bagi cz pengetahuanQ yang juga masih jauh dari cukup, Insya Allah yang sedikit ini bisa memberi manfaat... maaf kalo masih ditemukan banyak kesalahan dan kekurangan...
harap dimaklumi...
diharapkan komentarnya..._^

Minggu, 14 November 2010

DEMAM TIFOID

1.      Defenisi
Demam tifoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) atau biasa dikenal dengan tipes merupakan penyakit  yang sering menyerang masyarakat Indonesia. Demam tifoid merupakan Penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.

2.      Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri dari family Enterobacteriaceae genus Salmonella yaitu Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi. Demam yang disebabkan oleh Salmonella typhi cendrung untuk menjadi lebih berat daripada bentuk infeksi salmonella yng lain.
            Salmonella merupakan bakteri batang gram negative berflagel yang bersifat motil, tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul. Organisme salmonella tumbuh secara aerob dan mampu tumbuh secara anaerob fakultatif. Kebanyakkan strain meragikan glukosa, manosa dan manitol untuk menghasilkan asam dan gas, tetapi tidak meragikan laktosa dan sukrosa. Kebanyakan spesies resistent terhadap agen fisik namun dapat dibunuh dengan pemanasan sampai 54,4º C (130º F) selama 1 jam atau 60 º C (140 º F) selama 15 menit. Salmonella tetap dapat hidup pada suhu ruang dan suhu yang rendah selama beberapa hari dan dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu dalam sampah, bahan makanan kering, dalam air  dapat bertahan hidup selama 4 minggu dan bahan tinja.
             Seperti Enterobacteriaceae yang lain Salmonella memiliki tiga macam antigen yaitu antigen O (somatic, tahan panas, terdiri dari lipopolisakarida), antigen Vi (tidak tahan panas, polisakarida), dan antigen H (flagel, dapat didenaturasi dengan panas dan alkohol). Antigen ini dapat digunakan untuk pemeriksaan penegak diagnosis. Dalam serum penderita demam tifoid akan terbentuk antibodi terhadap ketiga macam antigen tersebut. 

3.      Epidemiologi
Demam tifoid dan paratifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemik di Asia, Afrika, Amerika Latin Karibia dan Oceania, termasuk Indonesia. Penyakit ini tergolong penyakit menular yang dapat menyerang banyak orang melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Insiden demam tifoid di seluruh dunia menurut data pada tahun 2003 sekitar 16 juta per tahun, 600.000 di antaranya menyebabkan kematian. Di Indonesia Di Indonesia penderita demam tifoid cukup banyak diperkirakan 800 /100.000 penduduk per tahun dan tersebar di mana-mana. Ditemukan hampir sepanjang tahun, tetapi terutama pada musim panas. Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur,prevalensi 91% kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun, kejadian meningkat setelah umur  5 tahun.  Ada dua sumber penularan Salmonella typhi  yaitu pasien yang menderita demam tifoid dan yang paling sering  dari carrier yaitu orang yang telah sembuh dari demam tifoid namun masih mengeksresikan Salmonella  typhi dalam tinja selama lebih dari satu tahun. Sekitar 3% penderita demam tifoid menhadi carrier kronik (chronic carrier).

4.      Patogenesis
Salmonella typhy beradaptasi dengan manusia demikian uniknya. Infeksi Salmonella typhi terjadi pada saluran pencernaan. Bakteri Salmonella typhi tersebut berpindah dari seorang pembawa ke calon penderita melalui makanan atau minuman. melalui makanan dan air yang tercemar bakteri ini masuk masuk ketubuh manusia. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Salmonella yang virulen dapat menembus lapisan epitel usus harus, kemudian melalui pembuluh limfe masuk ke peredaran darah. Kuman dalam peredaran darah yang pertama (bakteriemi I) berlangsung singkat, terjadi 24-72 jam setelah kuman masuk, meskipun belum menimbulkan gejala tetapi telah mencapai organ-organ hati, kandung empedu, limpa, sumsum tulang dan ginjal. kemudian berkembang biak dalam hati dan limpa yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba. Pada akhir masa inkubasi 5 – 9 hari kuman kembali masuk ke aliran darah (Bakteriemi II) dimana terjadi pelepasan endoktoksin menyebar ke seluruh tubuh dan menimbulkan gejala demam tifoid.

5.      Gejala
Biasanya gejala mulai timbul secara bertahap dalam wakatu 8-14 hari setelah terinfeksi. Gejala pada tiap individu berbeda. Ada beberapa tingkatan gejala demam tifoid.
a.       Tingkat pertama
 Pada tingkat pertama, penderita akan menunjukkan beberapa tanda dan gejala, seperti:
·         Demam hingga 39 atau 40 derajat Celcius. Suhu meningkat terutama sore dan malam hari.
·         Sakit kepala dan Lesu.
·         Sakit tenggorokan.
·         Sakit perut/perut kembung
·         Diare atau konstipasi. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar).
·         Ruam atau bintik-bintik merah.
·         nafas berbau tidak sedap,
·         bibir kering dan pecah-pecah,
·         lidah ditutupi selaput putih kotor,
·         hati dan limpa membesar sehingga terasa nyeri juka diraba. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hati dan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut.
              Anak-anak biasanya mengalami diare, sementara orang dewasa akan mengalami konstipasi parah. Ruam-ruam akan terlihat di dada bawah atau perut bagian atas pada minggu kedua. Ruam itu bersifat sementara dan biasanya menghilang dalam dua sampai lima hari.
b.      Tingkat kedua
Ketika gejala-gejala tingkat pertama tidak mendapat perawatan, penderitanya akan mengalami gejala tingkat kedua. Pada tingkat ini Anda akan merasa sangat sakit namun terbiasa dengan gejala-gejala tersebut, seperti:
·         Demam tinggi berlanjut.
·         Konstipasi parah atau diare dengan feses yang memiliki warna atau bentuk seperti sup kacang polong dan Berat badan berkurang.
·         Pendarahan di usus (influenza usus).
c.       Tingkat tifoid
Pada minggu ketiga, penderitanya akan:
·      Mengigau karena demam atau kesadaran terganggu.
·      Lemah dan lamban
·      Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali terjadi gangguan kesadaran.
            Komplikasi yang mengancam nyawa biasanya berkembang pada tingkat ini. Demam tifoid yang berat memberikan komplikasi perdarahan, kebocoran usus (perforasi), infeksi selaput usus (peritonitis) , renjatan, bronkopnemoni dan kelainan di otak (ensefalopati, meningitis).
d.      Perkembangan
Kondisi pasien biasanya mengalami perkembangan selama minggu keempat. Demam akan turun hingga mencapai titik normal dalam tujuh hingga sepuluh hari. Tetapi tanda-tanda dan gejala-gejala tersebut bisa muncul kembali dalam dua minggu sampai demam menghilang

6.     Diagnosa
a.       Kriteria diagnosis
§  Biakan darah positif memastikan demam tifoid, tetapi biakan darah negatif tidak menyingkirkan demam tifoid.
§  Biakan tinja positif menyokong diagnosis klinis demam tifoid.
§  Peningkatan titer uji widal 4 kali lipat selama 2 – 3 minggu memastikan diagnosis demam tifoid.
§  Reaksi widal tunggal dengan titer antibodi Antigen O 1: 320 atau titer antigen H 1: 640 menyokong diagnosis demam tifoid pada pasien dengan gambaran klinis yang khas .
§  Pada beberapa pasien, uji widal tetap negatif pada pemeriksaan ulang walaupun biakan darah positif.
b.      Diagnosis banding
§  Influenza
§  Malaria
§  Tuberkulosis
§  Dengue
§  Pneumonia lobaris
c.   Diagnosis laboratorium
1). Bahan pemeriksaan
Bahan pemeriksaan darah yang diperlukan untuk kultur harus diambil secara berulang. Kultur darah biasanya positif pada minggu pertama penyakitnya. Kultur urin biasanya postif setelah minggu kedua. Bahan pemeriksaan tinja juga harus diambil secara berulang. Pada demam enteric hasil positif didapatkan setelah dua atau tiga minggu penyakitnya. Kultur positif dari dari duodenal drainage menunjukkan adanya Salmonella dalam saluran empedu carrier. 
2).   Metode isolasi salmonella
§  Kultur pada medium selektif
Medium bismuth sulfit digunakan untuk mendeteksi Salmonella typhi dengan cepat, dimana akan terbentuk, dimana akan terbentuk koloni hitam (black jet) karena bakteri ini menghasilkan .
§  Kultur pada Enrichment medium
Bahan pemeriksaan (biasanya tinja) ditanamkan kedalam medium cair selenit F atau tetrathionat. Kedua medium ini bisa menghambat pertumbuhan flora normal usus dan meningkatkan multiplikasi Salmonella. Setelah inkubasi 1-2 hari, baru ditanam pada media diferensial dan media selektif.
§  Identifikasi final
Koloni yang dicurigai dari media padat, diidentifikasi dengan reaksi biokimia dan tes serologi.
3)         Metode serologi
Teknik serologi yang berupa tes aglutinasi, dipakai untuk identifikasi biakan yang tidak diketahui dengan menggunakan serum yang diketahui, atau untuk menentukan titer antibodi penderita.
§  Tes aglutinasi pada gelas objek
§  Tes aglutinasi dilusi tabung (tes widal)

7.      Pengobatan
Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam Tifoid atau types bertujuan menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali. Pengobatan penyakit tifus dilakukan dengan jalan mengisolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk mencegah penularan.Pasien diistirahatkan 7 hari sampai demam turun atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan. Pasien harus berbaring di tempat tidur selama tiga hari hingga panas turun, kemudian baru boleh duduk, berdiri dan berjalan.
Diet dan terapi penunjuang dilakukan dengan pertama, pasien diberikan bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan tingkat dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman. Juga perlu diberikan vitamin dan mineral untuk mendukung keadaan umum pasien.
Obat-obatan yang umumnya diberikan adalah Klorampenikol(pilihan utama), Tiampenikol, Kotrimoxazol, Amoxilin, ampicillin, Trimethoprim, sulfamethoxazole, Sefalosporin, Ciprofloxacin.
Obat herbal yang dapat diberikan adalah tanaman yang biasa digunakan oleh masyarakat di Kabupaten Gowa sebagai obat tradisional untuk demam tifoid adalah meniran (Phyllanthus niruri L., suku Euphorbiaceae) dengan cara merebus, kemudian meminum air rebusannya. Tanaman ini mudah diperoleh dan tidak mengakibatkan efek samping, serta harganya yang lebih murah dibandingkan dengan obat sintetik.
Meniran mengandung senyawa filantin dan hipofilantin, yang dapat  mencegah pertumbuhan bakteri. Di samping itu meniran mengandung senyawa flavonoid, lignan yang terdiri dari; nirfilin, filnirurin, isolintetralin, nirtetralin, dan filantustatin A, damar, tanin, serta mineral terutama kalium.
Selain itu ada juga Syzygium polyanthum atau yang lebih dikenal dengan Daun salam.  komponen-komponen aktif dalam Syzygium polyanthusm adalah:
a.       Minyak atsiri,
      Mekanisme toksisitas fenol dalam minyak atsiri menyebabkan denaturasi protein pada dinding sel kuman dengan membentuk struktur tersier protein dengan ikatan nonspesifik atau ikatan disulfida. Sekuisterpenoid dalam minyak atsiri juga menyebabkan kerusakan membran sel kuman olah senyawa lipofilik
b.   Tannin
      Tannin menyebabkan denaturasi protein dengan membentuk kompleks dengan protein melalui kekuatan nonspesifik seperti ikatan hidrogen dan efek hidrofobik sebagaimana pembentukan ikatan kovalen, menginaktifkan adhesion kuman (molekul untuk menempel pada sel inang), menstimulasi sel-sel fagosit yang berperan dalam respon imun selular
c.   Eugenol
      Eugenol adalah sebuah senyawa kimia aromatik, berbau, banyak didapat dari butir cengkeh, sedikit larut dalam air dan larut pada pelarut organik.
d.   Flavonoid
      Flavonoid yang bersifat lipofillik membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler, dan dengan dinding sel kuman, serta merusak membran sel kuman.

8.      Pencegahan
  Cuci tangan.
Cuci tangan dengan teratur meruapakan cara terbaik untuk mengendalikan demam tifoid atau penyakit infeksi lainnya. Cuci tangan anda dengan air (diutamakan air mengalir) dan sabun terutama sebelum makan atau mempersiapkan makanan atau setelah menggunakan toilet. Bawalah pembersih tangan berbasis alkohol jika tidak tersedia air.
  Hindari minum air yang tidak dimasak.
Air minum yang terkontaminasi merupakan masalah pada daerah endemik tifoid. Untuk itu, minumlah air dalam botol atau kaleng. Seka seluruh bagian luar botol atau kaleng sebelum anda membukanya. Minum tanpa menambahkan es di dalamnya. Gunakan air minum kemasan untuk menyikat gigi dan usahakan tidak menelan air di pancuran kamar mandi.
  Tidak perlu menghindari buah dan sayuran mentah.
Buah dan sayuran mentah mengandung vitamin C yang lebih banyak daripada yang telah dimasak, namun untuk menyantapnya, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut. Untuk menghindari makanan mentah yang tercemar, cucilah buah dan sayuran tersebut dengan air yang mengalir. Perhatikan apakah buah dan sayuran tersebut masih segar atau tidak. Buah dan sayuran mentah yang tidak segar sebaiknya tidak disajikan. Apabila tidak mungkin mendapatkan air untuk mencuci, pilihlah buah yang dapat dikupas.
  Pilih makanan yang masih panas.
Hindari makanan yang telah disimpan lama dan disajikan pada suhu ruang. Yang terbaik adalah makanan yang masih panas. Walaupun tidak ada jaminan makanan yang disajikan di restoran itu aman, hindari membeli makanan dari penjual di jalanan yang lebih mungkin terkontaminasi. Jika anda adalah pasien demam tifoid atau baru saja sembuh dari demam tifoid, berikut beberapa tips agar anda tidak menginfeksi orang lain:
  Sering cuci tangan anda.
Ini adalah cara penting yang dapat anda lakukan untuk menghindari penyebaran infeksi ke orang lain. Gunakan air (diutamakan air mengalir) dan sabun, kemudian gosoklah tangan selama minimal 30 detik, terutama sebelum makan dan setelah menggunakan toilet.
  Bersihkan alat rumah tangga secara teratur.
Bersihkan toilet, pegangan pintu, telepon, dan keran air setidaknya sekali sehari.
  Hindari memegang makanan.
Hindari menyiapkan makanan untuk orang lain sampai dokter berkata bahwa anda tidak menularkan lagi. Jika anda bekerja di industri makanan atau fasilitas kesehatan, anda tidak boleh kembali bekerja sampai hasil tes memperlihatkan anda tidak lagi menyebarkan bakteri Salmonella.
  Gunakan barang pribadi yang terpisah.
Sediakan handuk, seprai, dan peralatan lainnya untuk anda sendiri dan cuci dengan menggunakan air dan sabun.
Pencegahan dengan Vaksinasi
Membuat tubuh kebal melalui vaksinasi merupakan bagian dari upaya perlindungan diri dari penularan demam tifoid. Sampai saat ini vaksin tifoid oral baru diprioritaskan untuk pelancong, tenaga laboratorium mikrobiologis, dan tenaga pemasak/penyaji makanan di restoran atau hotel. Namun mengingat demam tifoid dengan morbiditas cukup tinggi, vaksinasi terhadap tifoid sudah harus dipertimbangkan pemberiannya sejak anak-anak, setelah mereka mengenal jajanan yang tidak terjamin kebersihannya.
Di Indonesia telah ada 3 jenis vaksin tifoid, yakni:
  Vaksin oral Ty 21a
Vaksin yang mengandung Salmonella typhi galur Ty 21a. Vaksin ini tersedia dalam kapsul yang diminum selang sehari dalam 1 minggu, 1 jam sebelum makan. Vaksin ini dikontraindikasikan pada wanita hamil, menyusui, penderita imunokompromais, sedang demam, sedang minum antibiotik, dan anak kecil 6 tahun. Lama proteksi dilaporkan 5 tahun.
  Vaksin parenteral sel utuh
Vaksin ini mengandung sel utuh Salmonella typhi yang dimatikan yang mengandung kurang lebih 1 milyar kuman setiap mililiternya. Dosis untuk dewasa 0,5 mL; anak 6-12 tahun 0,25 mL; dan anak 1-5 tahun 0,1 mL yang diberikan 2 dosis dengan interval 4 minggu. Efek samping yang dilaporkan adalah demam, nyeri kepala, lesu, dan bengkak dengan nyeri pada tempat suntikan. Vaksin ini di kontraindikasikan pada keadaan demam, hamil, dan riwayat demam pada pemberian pertama. Vaksin ini sudah tidak beredar lagi, mengingat efek samping yang ditimbulkan dan lama perlindungan yang pendek.
  Vaksin polisakarida
Vaksin yang mengandung polisakarida Vi dari bakteri Salmonella. Mempunyai daya proteksi 60-70 persen pada orang dewasa dan anak di atas 5 tahun. Vaksin ini tersedia dalam alat suntik 0,5 mL yang berisi 25 mikrogram antigen Vi dalam buffer fenol isotonik. Vaksin diberikan secara intramuskular dan diperlukan pengulangan (booster) setiap 3 tahun. Vaksin ini dikontraindikasikan pada keadaan hipersensitif, hamil, menyusui, sedang demam, dan anak kecil 2 tahun. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar